1.
TUJUAN
a.
Membuat sabun secara
sederhana
b.
Mempelajari sifat-sifat
sabun
2.
DASAR TEORI
Saponifikasi pada dasarnya adalah
proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam
lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam
karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai
rangkaian karbon yang panjang.
Produk sabun sebenarnya tidak pernah
ditemukan, tetapi secara berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran
alkali kuat dan bahan berlemak (fatty material). Sekitar tahun 1800, sabun
dipercaya sebagai hasil campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan sabun
lunak telah dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan mentah
yang tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun sintesis
dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi reaksi
sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang merupakan zat
pembasah (wetting agent).
Sabun adalah salah satu senyawa
kimia tertua yang paling dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual
ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan
lemak/minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari
dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan
sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam
pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai
guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat,
parfum, dan pewarna.
Sabun
dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi
penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi
trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan
gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 +
3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi
menghasilkan sabunsebagai produk utama dan gliserin
sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam
yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan
memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak
larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari
kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat
menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium
hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun
yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak
kacang, dan minyak biji katun.
sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam
yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan
memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak
larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari
kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat
menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium
hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun
yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak
kacang, dan minyak biji katun.
3.
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
antara lain :
1.
Tabung reaksi
2.
Corong
3.
Pipet tetes
4.
Spatula
5.
Rak tabung reaksi
6.
Kaca Arloji
7.
Pemanas listrik
8.
Erlenmeyer
9.
Gelas Piala
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara
lain :
1.
NaOH 25%
2.
MgSO4 5%
3.
NaCl 25%
4.
FeCl3 5%
5.
Minyak tanah
6.
Etanol 95%
7.
Minyak sayur
8.
CaCl2 5%
4. CARA KERJA
1. Pembuatan Sabun
2. Sifat Sabun
a. Zat Pengemulsi
Tabung I
Tabung
II
b.
Reaksi dengan Air Sadah
c. Kebasaan
5. HASIL
PENGAMATAN
1.
Pembuatan sabun
pH sabun : 13
pH sabun : 13
berat sabun : 14,73 gram
2.
Sifat sabun
a.
Zat pengemulsi
Tabung 1 :
Minyak sayur + aquadest = tidak larut, terdapat 2
lapisan (minyak dan air)
Tabung 2 :
Minyak sayur + aquadest + sabun = warna larutan
keruh (putih susu), terdapat buih
3.
Reaksi dengan air sadah
Tabung 1
Larutan sabun + CaCl2 5% = terdapat buih, warna
larutan keruh
Tabung 2
Larutan sabun + FeCl3 3% = terdapat serbuk-serbuk
endapan, warna larutan coklat muda
Tabung 3
Larutan sabun + MgCl2 5% = terbentuk endapan putih
susu
Tabung 4
Larutan sabun + air kran = terdapat buih, warna
larutan kuning
4.
Kebasaan
pH larutan sabun = 13
6. PEMBAHASAN
6. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah tentang saponifikasi.
Percobaan pertama adalah pembuatan sabun. Proses pembuatan sabun dimulai
dari reaksi ini pencampuran berbagai senyawa yaitu aquadest, minyak kelapa,
NaOH dan etanol. Terdiri dari bahan baku
( minyak kelapa dan NaOH), penambahan etanol adalah sebagai pelarut
untuk melarutkan minyak yang bersifat nonopolar. Pembakaran yang dilakukan pada
tahap ini adalah untuk menguapkan campuran sehingga akan didapat padatan sabun.
Setelah terbentuk padatan, api dipembakar spiritus dipadamkan , penambahan air
untuk mengencerkan campuran tetapi padatan tetap tidak akan larut karena air
bersif polar. Kemudian ditambahkan NaCl. NaCl merupakan komponen kunci
dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil
karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi didalam sabun dapat memperkeras
struktur sabun. NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin
tidak mengalami pengendapan dalam larutan NaCl karena kelarutannya yang tinggi,
sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan
magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas. Dalam proses saponifikasi akan
dihasilkan sabun dan gliserin. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki
nilai jual, namun dalam praktikum ini gliserin tidak dipisahkan dengan sabun
melainkan gliserin yang ada dibilas dengan air .
Dari percobaan yang telah dilakukan,
yaitu pembuatan sabun. Reaksi pembentukkan sabun dari minyak dilakukan dengan
mereaksikannya suatu alkali (NaOH), Reaksi ini disebut dengan Reakisi
Saponifikasi (penyabunan). Dimulai dengan mencampurkan minyak goreng dan NaOH
larutan.. Setelah itu campuran tersebut dipanaskan pada suhu
70° C , namun pemanasan ini jangan panas karena dengan suhu
terlalu panas akan mengoksidasi minyak yang menyebabkan warnanya menjadi
cokelat, hal ini behubungan erat dengan bilangan peroksida yaitu nilai untuk
menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang disebabkan oleh
autooksidasi. Setelah itu dimasukkan Larutan NaOH dan diaduk perlahan secara
terus menerus agar larutan tersebut bercampur secara merata, penambahan NaOH
ini dilakukan setelah campuran didinginkan pada suhu 50°C. Penambahan Larutan
NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa. Basa yang
digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat, tetapi jika digunakan
basa KOH maka yang diperoleh adalah sabun cair (lunak).
Percobaan kedua adalah mengaanlisa
sifat sabun. Pada pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara melarutkan sabun
dengan aquades, larutan tersebut dicampur dengan minyak sebanyak 5 tetes
kemudian dikocok. Pengocokan ini dilakukan agar menghasilkan emulsi. Ternyata erjadi
pemisahan lapisan antara lapisan air dan lapisan minyak. Berarti sabun yang
dibuat itu tidak mengalami emulsi secara sempurna.
Sebagai
pembanding dari pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara mencampur aquades dengan
5 tetes minyak dengan tanpa pemberian sabun pada larutan tersebut dan dikocok
kuat- kuat agar bercampur homogen. Setelah didiamkan dan diamati, tarnyata
terjadi pemisahan antara lapisan air dengan lapisan minyak.
Percobaan selanjutnya adalah reaksi
dengan air sadah. Pertama, sabun direaksikan dengan CaCl2 terdapat
buih dan warna larutan keruh. Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+ dan
Mg2+. Air sadah menyebabkan sabun sukar berbuih. Reaksi dengan CaCl2 ini
terdapat buih, ini menunjukan bahwa air tersebut tidak mengandung ion Ca2+ ,
mungkin karena CaCl2 yang ditetesi tidak terlalu banyak sehingga tidak
berpengaruh. Kedua, sabun direaksikan dengan FeCl3 terdapar serbuk-serbuk
endapan dan warna larutan coklat. Ketiga, sabun direaksikan dengan MgCl2
terdapat endapan putih susu. Keempat, sabun direaksikan dengan air kran
terdapat buih dan warna larutan kuning. Ini menunjukan bahwa ai kran tidak
mengandung Ca2+ maupun Mg2+ sehingga sabun mudah berbuih.
Percobaan yang terakhir adalah
mengujI Ph dari sabun yang dibuat, setalah diukur menggunakan ph indikator
didapatkan ph sabun adalah 13, ini menunjukkan bahwa sabun bersifat basa.
7.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah
dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa pembuatan sabun dihasilkan antara
campuran asam lemak dengan alkali (bisa digunakan KOH atau NaOH), yang akan
menghasilkann sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk sampingan.
Dalam proes pembuatan sabun terdiri dari bahan utama (lemak & alkali ) dan
bahan pendukung. Etanol yang ditambahkan berfungsi sebagai pelarut sedangkan
garan ( NaCl) digunakan untuk mengendapkan.
8. DAFTAR PUSTAKA
Fessenden
& Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Sastrohamidjojo,
H. 2005. Kimia Organik (Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, & Protein). Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar