Halaman

Minggu, 22 Desember 2013

S A P O N I F I K A S I

     1.     TUJUAN

a.     Membuat sabun secara sederhana
b.     Mempelajari sifat-sifat sabun

     2.     DASAR TEORI

            Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang.
            Produk sabun sebenarnya tidak pernah ditemukan, tetapi secara berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan berlemak (fatty material). Sekitar tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan sabun lunak telah dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan mentah yang tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun sintesis dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi reaksi sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang merupakan zat pembasah (wetting agent).
            Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang paling dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.
            Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
            C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
            Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabunsebagai produk utama dan gliserin
sebagai  produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam
yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan
memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak
larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
          Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari
kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat
menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium
hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun
yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak
kacang, dan minyak biji katun.

     3.     ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1.     Tabung reaksi
2.     Corong
3.     Pipet tetes
4.     Spatula
5.     Rak tabung reaksi
6.     Kaca Arloji
7.     Pemanas listrik
8.     Erlenmeyer
9.     Gelas Piala
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1.     NaOH 25%
2.     MgSO4 5%
3.     NaCl 25%
4.     FeCl3 5%
5.     Minyak tanah
6.     Etanol 95%
7.     Minyak sayur
8.     CaCl2 5%

4.     CARA KERJA

1.     Pembuatan Sabun


2.     Sifat Sabun
a.     Zat Pengemulsi
Tabung I



     





      Tabung II
                  
b.     Reaksi dengan Air Sadah


 
              

                c.     Kebasaan






     5.     HASIL PENGAMATAN
1.     Pembuatan sabun
     pH sabun       : 13
     berat sabun  : 14,73 gram
2.     Sifat sabun
a.     Zat pengemulsi
Tabung 1 :
Minyak sayur + aquadest = tidak larut, terdapat 2 lapisan (minyak dan air)
Tabung 2 :
Minyak sayur + aquadest + sabun = warna larutan keruh (putih susu), terdapat buih
3.     Reaksi dengan air sadah
     Tabung 1
          Larutan sabun + CaCl2 5% = terdapat buih, warna larutan keruh
     Tabung 2
          Larutan sabun + FeCl3 3% = terdapat serbuk-serbuk endapan, warna larutan coklat muda
     Tabung 3
          Larutan sabun + MgCl2 5% = terbentuk endapan putih susu
     Tabung 4
         Larutan sabun + air kran = terdapat buih, warna larutan kuning
4.     Kebasaan
         pH larutan sabun = 13


6.    PEMBAHASAN
                Praktikum kali ini adalah tentang saponifikasi. Percobaan pertama adalah pembuatan sabun. Proses pembuatan sabun dimulai dari reaksi ini pencampuran berbagai senyawa yaitu aquadest, minyak kelapa, NaOH dan etanol.  Terdiri dari bahan baku ( minyak kelapa dan NaOH),  penambahan etanol adalah sebagai pelarut untuk melarutkan minyak yang bersifat nonopolar. Pembakaran yang dilakukan pada tahap ini adalah untuk menguapkan campuran sehingga akan didapat padatan sabun. Setelah terbentuk padatan, api dipembakar spiritus dipadamkan , penambahan air untuk mengencerkan campuran tetapi padatan tetap tidak akan larut karena air bersif polar. Kemudian ditambahkan NaCl. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi didalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam larutan NaCl karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas. Dalam proses saponifikasi akan dihasilkan sabun dan gliserin. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual, namun dalam praktikum ini gliserin tidak dipisahkan dengan sabun melainkan gliserin yang ada dibilas dengan air .
            Dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu pembuatan sabun. Reaksi pembentukkan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikannya suatu alkali (NaOH), Reaksi ini disebut dengan Reakisi Saponifikasi (penyabunan). Dimulai dengan mencampurkan minyak goreng dan NaOH larutan.. Setelah itu campuran tersebut dipanaskan pada suhu 70° C  , namun pemanasan ini jangan panas karena dengan suhu terlalu panas akan mengoksidasi minyak yang menyebabkan warnanya menjadi cokelat, hal ini behubungan erat dengan bilangan peroksida yaitu nilai untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang disebabkan oleh autooksidasi. Setelah itu dimasukkan Larutan NaOH dan diaduk perlahan secara terus menerus agar larutan tersebut bercampur secara merata, penambahan NaOH ini dilakukan setelah campuran didinginkan pada suhu 50°C. Penambahan Larutan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa. Basa yang digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat, tetapi jika digunakan basa KOH maka yang diperoleh adalah sabun cair (lunak).  
            Percobaan kedua adalah mengaanlisa sifat sabun. Pada pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara melarutkan sabun dengan aquades, larutan tersebut dicampur dengan minyak sebanyak 5 tetes kemudian dikocok. Pengocokan ini dilakukan agar menghasilkan emulsi. Ternyata erjadi pemisahan lapisan antara lapisan air dan lapisan minyak. Berarti sabun yang dibuat itu tidak mengalami emulsi secara sempurna.
            Sebagai pembanding dari pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara mencampur aquades dengan 5 tetes minyak dengan tanpa pemberian sabun pada larutan tersebut dan dikocok kuat- kuat agar bercampur homogen. Setelah didiamkan dan diamati, tarnyata terjadi pemisahan antara lapisan air dengan lapisan minyak.
            Percobaan selanjutnya adalah reaksi dengan air sadah. Pertama, sabun direaksikan dengan CaCl2 terdapat buih dan warna larutan keruh. Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+ dan Mg2+. Air sadah menyebabkan sabun sukar berbuih. Reaksi dengan CaCl2 ini terdapat buih, ini menunjukan bahwa air tersebut tidak mengandung ion Ca2+ , mungkin karena CaCl2 yang ditetesi tidak terlalu banyak sehingga tidak berpengaruh. Kedua, sabun direaksikan dengan FeCl3 terdapar serbuk-serbuk endapan dan warna larutan coklat. Ketiga, sabun direaksikan dengan MgCl2 terdapat endapan putih susu. Keempat, sabun direaksikan dengan air kran terdapat buih dan warna larutan kuning. Ini menunjukan bahwa ai kran tidak mengandung Ca2+ maupun Mg2+ sehingga sabun mudah berbuih.
            Percobaan yang terakhir adalah mengujI Ph dari sabun yang dibuat, setalah diukur menggunakan ph indikator didapatkan ph sabun adalah 13, ini menunjukkan bahwa sabun bersifat basa.

7.     KESIMPULAN
            Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa pembuatan sabun dihasilkan antara campuran asam lemak dengan alkali (bisa digunakan KOH atau NaOH), yang akan menghasilkann sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk sampingan. Dalam proes pembuatan sabun terdiri dari bahan utama (lemak & alkali ) dan bahan pendukung. Etanol yang ditambahkan berfungsi sebagai pelarut sedangkan garan ( NaCl) digunakan untuk mengendapkan.

8.     DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik (Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, &            Protein). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press


LAMPIRAN

Pembuatan Sabun

Zat Pengemulsi
Reaksi dengan Air Sadah 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar