Halaman

Minggu, 22 Desember 2013

UJI KELARUTAN SENYAWA ORGANIK

   1.  TUJUAN
            Dapat menentukan senyawa tersebut bersifat basa kuat (amina), asam lemah (fenol), asam kuat (asam karboksilat), atau zat netral (aldehid, keton, alcohol, aster, atau eter).

   2.  DASAR TEORI
            Uji kelarutan senyawa organik bertujuan untuk memahami kepolaran suatu larutaan. Berdasarkan teori like dissolves like, maka senyawa yang polar akan larut dalam pelarut polar, begitu pula dengan senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar. Senyawa polar akan larut dalam air, karena air bersifat polar, sedangkan senyawa non polar tiak larut dala air.
            Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon,kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Dari dolongan besar itu senyawa organik dapat diklasifikasikan  dalam keluarga (families) dan kelas (class) yang berbeda. Senyawa organik dibagi kedalam Sembilan kelas yang berbeda, digolongkan menurut sifat masing-masing dalam senyawa tersebut. Secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi atau kelas dari larutan digunakan uji kelarutan terhadap senyawa tersebut.
            Suatu larutan dinyatakan merupakan ”larutan tidak jenuh” jika solute dapat ditambahkan untuk memperoleh berbagai larutan yang berbeda dalam konsentrasinya. Dalam banyak hal, ternyata proses penambahan solute tidak dapat berlangsung secara tidak terbatas. Suatu keadaan akan dicapai dimana penambahan solute pada sejumlah solvent yang tertentu tidak akan menghasilkan larutan lain yang memiliki konsentrasi lebih tinggi. Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dari molekul-molekul solvent. Bila ada kesamaan dari sifat-sifat kelistrikan, misalnya momen dipol yang tinggi, antara solvent-solvent, maka gaya-gaya tarik yang terjadi antara solute solvent adalah kuat. Sebaliknya, bila tidak ada kesamaan, maka gaya-gaya terik solute solvent lemah.
            Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang lebih tinggi dalam solvent polar daripada dalam pelarut non-polar. Juga, jika solvent lebih polar, maka kelarutan dari padatan-padatan ionik akan lebih besar.
-          Sifat solute
Penggantian solute berarti pengubahan interaksi-interaksi solute-solute dan solute-solvent.
-          Suhu
Kelarutan gas dalam air biasanya menurun jika suhu larutan dinaikkan. Gelembung-gelembung kecil yang dibentuk bila air dipanaskan adalah kenyataan bahwa udara yang terlarut menjadi kurang larut pada suhu-suhu yang lebih kecil. Hal yang serupa, tidak ada aturan yang umum untuk perubahan suhu terhadap kelrutan cairan-cairan dan padatan-padatan.
-          Tekanan
Kelarutan dari semua gas naik jika tekanan saham dari gas yang terletak di atas larutan dinaikkan. Secara kuantitatif, hal ini dinyatakn dalam hukum Henry, yang menyatakan bahwa pada suhu tetap perbandingan dari tekanan saham dari solute gas dibagi dengan mol fraksi dari gas dalam larutan adalah tetap.
            Pengendapan merupakan metode yang sangat berharga untuk memisahkan suatu sample menjadi komponen-komponennya. Proses yang dilibatkan adalah proses dalam zat yang akan dipisahkan itu digunakan untuk membentuk suatu fase baru endapan padat.
            Pengujian mengenai kelarutan ini banyak digunakan untuk produk-produk instan seperti jahe instan, kopi instan, serta dapat pula digunakan untuk tablet. Makin tinggi angka yang diperoleh menunjukkan kelarutan yang meningkat pula.

   3.  ALAT DAN BAHAN
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1.       Tabung reaksi
2.       Rak tabung
3.       Pipet tetes
4.       Spatula
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1.     Aquades
2.     N-Heksan
3.     Cloroform
4.     Ethanol
5.     Kristal Iodium
6.     Kristal Kalium Iodida
7.     Indikator asam basa


   4.  PROSEDUR KERJA


  5.  HASIL PENGAMATAN 


1.  PEMBAHASAN
           Senyawa organik merupakan senyawa yang memiliki atom karbon sebagai salah satu unsur yang menyusun senyawanya kecuali karbidakarbonat, dan oksida karbon. Penggunaan senyawa organik itu sendiri telah banyak digunakan dalam laboratorium, dan kehidupan sehari-hari pun kerap dipakai untuk keperluan manusia, sebagai contoh penggunaan cuka atau asam asetat dalam bahan tambahan makanan, karbohidrat yang berupa sukrosa sebagai gula pemanis makanan dan minuman. Namun kebanyakan senyawa organik ditemui dalam bentuk padatan, dan juga beberapa diantaranya berupa cairan. Senyawa organik banyak digunakan dalam bentuk larutan, yaitu campuran pelarut dan terlarut. Namun, tidak semua senyawa organik dapat larut dalam 1 jenis pelarut yang sama, ada beberapa sifat kelarutan yang berbeda pada setiap senyawa organik.
           Pada percobaan ini, dilakukan pengujian kelarutan beberapa contoh senyawa organik dalam beberapa jenis pelarut. Pelarut yang digunakan yaitu air, n-heksan, kloroform dan etanol. Berdasarkan kepolarannya, air dan etanol merupakan pelarut polar sedangkan n-heksan dan kloroform sebagai pelarut non polar. Berpatokan pada prinsip kelarutan Like Dissolves Like, maka senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang polar, begitupun untuk senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar.
           Kelarutan suatu solut dalam sejumlah solven selain dipengaruhi oleh kepolaran, juga dipengaruhi oleh kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen dengan molekul pelarut.
           Untuk bahan kloroform, etanol dan kristal iodium menunjukkan kepolaritasannya dalam kelarutan pada pelarut, dimana bahan-bahan uji ini hanya larut dalam pelarut polarnya dan tidak pada pelarut n-heksan. Seperti yang dijelaskan pada literatur, kecenderungan suatu zat untuk larut sempurna dalam pelarutnya diperngaruhi oleh kesamaan polaritas, kesamaan zat tersebut untuk berubah menjadi kutup-kutup yang berupa kation dan anion dan membentuk suatu zat baru dengan melakukan ikatan antar kutup. Pada kloroform, etanol, krista iodium dan lain sebagainya, ikatan antar atom nya dibentuk dari ikatan ionik atau kovalen polar. Dimana ikatan ionik apabila diputuskan, maka atom yang memiliki tingkat elektronegatif lebih tinggi akan bermuatan negatif dan atom lainnya akan bermuatan positif. Ketika 2 zat ini dicampurkan maka bagian parsial positif akan menarik bagian parsial negatif untuk membentuk ikatan baru sehingga dihasilkan zat baru.
           Turunan alkohol yaitu etanol. Berdasarkan hasil percobaan ini diperoleh data yang menunjukkan hanya etanol yang tidak larut pada beberapa senyawa yang disediakan. Dalam prinsip like dissolves like dijelaskan bahwa kelarutan dapat dipengaruhi oleh kesamaan struktur yang membentuk molekulnya. Molekul air, dibentuk oleh atom H dan O dan alkohol juga dibentuk oleh atom H dan O oleh sebuah ikatan sigma. Adanya gugus OH ini membuat alkohol memiki polaritas yang hampir sama dengan polaritas air. Namun kepolaritasan yang dimiliki oleh senyawa-senyawa turunan alkohol tidak akan sebanding dengan polaritas air, hal ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus alkil pada molekulnya. seperti yang diketahui gugus alkil merupakan gugus non polar, semakin panjang alkil yang dimiliki oleh suatu senyawa maka semakin besar sifat non polarnya. Pada etanol, dimana gugus alkil senyawa ini tidak begitu panjang dan tidak merubah tingkat kelektronegatif sehinnga etanol dapat larut dalam pelarut polar yaitu air.

   6.  KESIMPULAN
Berdasrkan hasil percoban maka dapat ditarik kesimpulan :
      Senyawa organik dapat larut dalam pelarut polar dan non polar. Kelarutan senyawa organik tergantung pada kemampuan senyawa organik untuk membentuk ikatan hidrogen dengan atom-atom elektronegatif sehingga dapat larut dalam senyawa polar.

   7.  DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisik I. Universitas Haluoleo. Kendari.
Dirjen POM.1972. Farmakope Indonesia.. Edisi Ke-I. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Kurniawan. Y., Muhammad. N. 2005. Studi Pemodelan Dinamika Proton Dalam Ikatan    Hidrogen H2O Padatan Satu Dimensi. Jurnal Fisika. Vol.8, No.3.
Lestari. A.P. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Melalui Subtitusi Pupuk      Anorganik dengan Pupuk Organik. Jurnal Agronomi. Vol.13, No.1.
Martin, Alfred.1993. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Edisi        Ketiga 1. UI Press. Jakarta.
Munawaroh. S., Prima.AH. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.)         Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi Teknik. Vol. 2. No.1. Hal        : 73-78.
Wiratmaja. I.G., I Gusti. BWK., I Nyoman. SW. 2011, “Pembuatan Etanol Generasi Kedua          Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma Cottonii Sebagai Bahan            Baku”, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin,Vol. 5 No.1.
Sudhir, CV., NY. Sharma., p. Mohanan. 2007. Potentil of Waste Cooking Oils as Biodiesel         Feed Stock. Journal for Engineering Research. 12 (3). Hal:69-75.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar