I. TUJUAN
1.
Mempelajati sifat-sifat aldehida dan keton
2.
Mempelajari tes untuk membedakan aldehida dan keton
II. DASAR TEORI
Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak
kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton
menghasilkan dua gugus alkil yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain
dalam suatu aldehid dapat berupa alkil, aril atau H. Aldehid dan keton lazim
terdapat dalam system mahluk hidup. Banyak aldehid dan keton mempunyai bau
khas, yang membedakannya umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau
harum (Fessenden, 1986).
Aldehid merupakan senyawa organik yang mengandung
gugus –CO; namanya diturunkan dari asam yang terbentuk bila senyawa dioksidan
lebih lanjut. Aldehid diperoleh pada pengoksidasian sebagian alkohol primer.
Misalnya etil alkohol bila dioksidan menjadi asetaldehide yang bila dioksidan
lagi akan menjadi asam asetat. Sedangkan keton senyawa dengan gugus karboksil
terikat pada dua radikal hidrokarbon; keton yang paling sederhana adalah
aseton. Aseton (dimetilketon) CH3COOH3 merupakan zat cair
tanpa warna yang mudah terbakar mempunyai baud an rasa yang khas, digunakan
sebagai pelarut dalam industri dan dalam laboratorium (Amiruddin, 1993).
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C = O.
Jika dua gugus ini menempel pada gugus karbonil adalah gugus karbon, maka
senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah
hidrogen, maka senyawa tersebut adalah golongan aldehid. Oksida parsial dari
alkohol menghasilkan aldehid. Oksidasi alkohol sekunder menghaslkan keton. Oksidasi
bertahap dari etanol menjadi asetaldehida kemudian menjadi asam asetat yang
diilustrasi dengan model molekul (Petrucci, 1987).
Walaupun
reaksi adisi umum untuk aldehida, hanya sejumlah terbatas dari keton yang dapat
membentuk hasil bisulfit dalam jumlah yang berarti. Aldehida yang lebih tinggi
berlaku hampir sama, tergantung dari ukuran gugusan yang melekat, karena semua
zat-zat ini mempunyai lebih kesamaan gugus formil, -CHO. Aseton bereaksi lebih
lambat dan kurang luas, tetapi perubahannya tetap melampaui dari keadaan yang
dapat diamati dari pencaran yang lebih tinggi. Dalam deret keton, yang
mempunyai satu gugusan metil, reaksi berkurang (Louis, 1964).
Lignin dapat dihidrolisa menggunakan
nitrobensen atau kombinasi etanol dan asam hidroklorat yang menghasilkan
senyawa vanilin, siringaldehid, p-hydroksibenzaldehid,
alfa-etoksipropioguaiakon, guaiasilaton, vaniloil metil keton atau
hidroksibenzoil metil keton. Pada hasil penelitian ini hidrolisa secara kimiawi
menghasilkan kenaikan monosakarida sampai 88% kandungan gula, tetapi proses ini
merupakan kontrol positif dan diharapkan tidak diterapkan secara luas karena
menggunakan zat toksik asam sulfat pekat dan encer (Susilaningsih, 2008).
Senyawa aldehid, keton dan ester mengalami reaksi pada gugus karbonil.
Gugus karbonil bersifat polar dan memiliki orbital hibrida sp2 sehingga
ketiga atom yang terikat pada atom karbon terletak pada bidang datar dengan
sudut ikatan 120°. Ikatan rangkap karbon-oksigen pada gugus karbon terdiri atas
satu ikatan σ dan satu ikatan π. Ikatan σ adalah hasil tumpang tindih satu
orbital sp2 atom karbon dengan satu orbital p atom oksigen.
Sedangkan ikatan π adalah hasil tumpang tindih orbital p atom karbon dengan
orbital p yang lain dari oksigen. Dua orbital sp2 lainnya dari atom karbon
digunakan untuk mengikat atom lain.atom oksigen gugus karbonil masih memiliki
dua orbital dan terisi dua buah elektron, kedua buah elektron ini adalah
orbital 2s dan 2p (Katja, 2004).
Keton terlibat dalam berbagai macam reaksi organik
seperti contoh adalah Adisi nukleofilik atau reaksi keton dengan nukleofil
menghasilkan senyawa adisi karbonil tetrahedral. Reaksi dengan reagen Grignard
menghasilkan magnesium alkoksida dan setelahnya alkohol tersier reaksi dengan
alkohol, asam atau basa menghasilkan hemiketal dan air, reaksi lebih jauh
menghasilkan ketal dan air. Ini adalah bagian dari reaksi pelindung karbonil.
reaksi RCOR' dengan natrium amida menghasilkan pembelahan dengan pembentukan
amida RCONH2 dan alkana R'H, reaksi ini dikenal sebagai reaksi Haller-Bauer
(1909). Reaksi keton juga merupakan Adisi elektrofilik
yaitu reaksi dengan sebuah elektrofil
menghasilkan kation yang distabilisasi oleh resonansi. Reaksi enol dengan
halogen menghasilkan haloketon-α, misalnya yang paling umum digunakan sebagai
sumber antioksidan adalah α-tocopherol bermanfaat untuk mencegah atau
menghambat autooksidasi dari lemak dan minyak. Reaksi pada karbon-α keton
dengan air berat menghasilkan keton-d berdeuterium fragmentasi pada fotokimia
reaksi Norrish (Praptiwi, et al.,
2006).
Rendemen vanili yang dihasilkan dari oksidasi produk
isomerisasi (yang masih berupa campuran reaksi). Produk oksidasi, yang berupa
vanili 4, sangat mudah dikarakterisasi dengan spektrofotometer infra merah
(IR), yaitu dengan mengamati munculnya pita serapan pada bilangan gelombang,
(ν) = 1670 cm-1, yang merupakan pita serapan spesifik karbonil dari
gugus aldehida pada vanili yang terikat langsung pada cincin aromatik
(benzena). Reaksi penataan ulang sigmatropic hidrogen (1,3) dapat dilihat
sebagai proses perpindahan hidrogen atau ikatan σ (sigma) pada sistem allil,
yang berlangsung melalui mekanisme radikal bebas (Suwarso, 2002).
III. ALAT DAN
BAHAN
Alat :
– Tabung reaksi
– Pipet tetes
– Batang pengaduk
– Pemanas Listrik
– Kaca arloji
– Gelas piala
– Gelas ukur
– Termometer
Bahan :
– Formaldehida
– Benzaldehida
– Glukosa
– NaOH 5%
– KMnO4
– Aseton
– Pereaksi benedict
– Pereaksi fehling A dan B
– Pereaksi tollens A dan B
– Larutan iodine
IV. PROSEDUR
KERJA
A. Oksidasi
dengan KMnO4
1. Dimasukkan ke
dalam 3 tabung reaksi berbeda 5 mL KMnO4.
2. Ditambahkan masing-masing
5 tetes formaldehida, aseton dan benzaldehida pada tiga tabung
yang berbeda.
B. Tes Tollens
1. Dicampurkan 1
mL larutan tollens A dan 1 mL tollens B ke dalam tiga tabung reaksi yang
berbeda, ditambahkan larutan ammonia 2% tetes demi tetes.
2. Dimasukkan
masing-masing 2 tetes formaldehida ke dalam tabung pertama, aseton pada tabung
kedua, dan benzaldehida pada tabung ketiga.
3. Dipanaskan
dalam penangas air 60o C selama 5 menit.
C. Tes Benedict
1. Ditempatkan
masing-masing 3 tetes formaldehida, benzaldehida, dan aseton ke dalam 3 tabung
reaksi yang bersih dan kering.
2. Ditambahkan 2 ml
(40 tetes) pereaksi benedict ke dalam setiap tabung reaksi.
3. Dikocok setiap
tabung reaksi dan kemudian dipanaskan tabung reaksi ( di atas 90oC)
didalam beaker yang berisi air selama 10 menit.
4. Didinginkan
tabung reaksi dan diamati yang terjadi.
D. Tes Fehling
1. Dicampurkan 2.5 mL fehling A dan 2.5 fehling B
dalam tiga tabung reaksi.
2. Dimasukkan larutan formaldehida, aseton, dan benzaldehida pada tiga tabung reaksi yang berbeda sebanyak 6 tetes.
3. Diaduk, dan dipanaskan selama 10 menit.
E. Iodoform
1. Dimasukkan 4 mL NaOH 5% ke dalam 3 tabung reaksi
2. Ditambahkan 40 tetes demi tetes larutan iodine.
3. Ditambahkan 20 tetes formaldehida pada tabung pertama, aseton pada tabung kedua,
dan benzaldehida pada tabung ketiga.
V. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan
Oksidasi
dengan KMnO4 (oksidator kuat)
No.
|
Percobaan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
KMnO4 + Formaldehida
|
Tidak terjadi perubahan
|
2.
|
KMnO4 + Aseton
|
Tidak terjadi perubahan
|
3.
|
KMnO4 + Benzaldehida
|
Endapan coklat
|
Tes Tollens A
dan B
No.
|
Percobaan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
+ Formaldehida
|
Endapan larut dan menjadi abu-abu kehitaman
|
2.
|
+Aseton
|
Endapan coklat
|
3.
|
+ Benzaldehida
|
Endapan perak
|
Tes Benedict
No.
|
Percobaan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
+ Formaldehida
|
Larutan hijau, berubah menjadi berwarna biru
|
2.
|
+Aseton
|
Larutan berwarna biru
|
3.
|
+ Benzaldehida
|
Larutan berwarna biru (terbentuk dua fasa)
|
4.
|
+ Glukosa
|
Larutan berwarna biru
|
Tes Fehling A
dan B
No.
|
Percobaan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
+ Formaldehida
|
Larutan berwarna biru tua
|
2.
|
+Aseton
|
Larutan berwarna biru agak bening
|
3.
|
+ Benzaldehida
|
Larutan berwarna biru dengan serat-serat lemak
|
4.
|
+ Glukosa
|
Larutan berwarna kehijauan tua
|
Tes iodoform
No.
|
Percobaan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Iodin + NaOH + Formaldehida
|
Tidak terjadi perubahan
|
2.
|
Iodin + NaOH + Aseton
|
Tidak terjadi perubahan
|
3.
|
Iodin + NaOH + Benzaldehida
|
Gelembung lemak kuning
|
Pembahasan
Percobaan
kali ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat kimia dari aldehida dan keton
dengan menggunakan beberapa tes/uji yaitu : oksidasi dengan KMnO4, tes
tollens A dan B, Tes benedict, Tes fehling A dan B dan Tes iodoform.
Pada uji dengan KMnO4, terbentuk
endapan coklat pada larutan benzaldehid yang ditetesi dengan KMnO4. Uji
ini membuktikan aldehida dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan
oksidator kuat dengan KMnO4. Tes positif ion MnO4- yang berwarna ungu berubah menjadi endapan MnO2
berwarna coklat. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
5 R-CHO + 2 KMnO4
+ H2SO4 ------> 5 R-COOH + MnO2 + MnSO4 + H2O
Aldehida ungu coklat
Pada tes aldehida dengan tollens A
dan Tollens B, terbentuk endapan cermin perak pada larutan benzaldehida yang
ditetesi dengan tollens A dan tollens B, namun tidak terbukti pada larutan
formaldehida. Aldehida dengan pereaksi tollens yang merupakan oksidator lembut,
dioksidasi menjadi asam karboksilat, yang ditandai dengan terbentuknya endapan
cermin perak. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
R-CHO + 2 Ag(NH3)2OH
------> 2 Ag + R-COONH4 + 3 NH3
+ H2O
cermin perak
Pada tes benedict, aldehida
dioksidasi menjadi asam karboksilat. Pereaksi benedict adalah kompleks ion Cu
(II) sitrat dalam larutan basa. Endapan yang seharusnya terbentuk adalah
endapan Cu2O berwarna merah bata pada aldehida alifatik, yaitu
formaldehida. Namun pada praktikum ini tidak terbukti, larutan formaldehida
yang ditetesi dengan pereaksi benedict tetap berwarna biru, dengan dua fasa.
Hal ini juga terjadi pada larutan benzaldehida, aseton dan glukosa, yatu larutan
tetap berwarna biru. Ini disebabkan aldehida aromatik dan keton tidak bereaksi
dengan pereaksi benedict. Persamaan reaksinya adalah :
R-CHO + 2 Cu2+
+ 5 OH- ------> R-COO- + Cu2O + 3 H2O
Biru merah bata
Ion Cu (II)
yang berwarna biru direduksi menjadi endapan Cu2O berwarna merah
bata.
Aldehida yang diuji dengan fehling
juga menghasilkan warna endapan yang sama dengan pereaksi benedict, yaitu merah
bata. Pereaksi fehling merupakan kompleks ion Cu (II) tartrat dalam larutan
asam. Namun, pada tes aldehida ini, tidak terbukti. Persamaan reaksinya adalah
sebagai berikut :
R-CHO + Cu2+
------> R-COO- + Cu2O
Biru
merah bata
Ion Cu (II)
yang berwarna biru direduksi menjadi endapan Cu2O berwarna merah
bata.
Uji dengan iodine dengan aseton
menghasilkan gelembung lemak berwarna kuning. Dan tidak terjadi perubahan pada
aldehida yaitu formaldehida dan benzaldehida. Keton yang direaksikan dengan
pereaksi iodoform dalam larutan NaOH seharusnya menghasilkan endapan kuning
iodoform. Sehingga hasil pada praktikum tidak sesuai. Persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut :
R-CO-CH3
+ 3 I2 + 4 NaOH ------> RCOO-Na + 3 NaI + 3 H2O + CHI3
iodoform
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat
diketahui bahwa ada beberapa hasil yang tidak sesuai dengan ketentuan. Hal ini
dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu pereaksi maupun larutan yang digunakan
sudah tidak baik, atau ada kesalahan pada prosedur kerja yang telah dilakukan.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan
tes/uji yang telah dilakukan, diketahui bahwa untuk mengidentifikasi senyawa aldehida
dapat dilakukan proses oksidasi oleh KMnO4, tes dengan pereaksi
tollens A dan B. benedict, dan fehling A dan B. Untuk mengidentifikasi senyawa keton,
dapat digunakan tes iodoform.
VII. DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar