Halaman

Minggu, 24 November 2013

REVIEW III

Review Pemurnian Bioethanol Menggunakan Destilasi, Zeolit Sintesis dan Batu Gamping
Taufiq Siahaan (1112096000052)
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412

ABSTRAK
Telah dilakukan  penelitian mengenai  pemurnian bioetanol dengan metode destilasi dan adsorpsi dengan batch system. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan destilasi, Zeolit Sintesis (ZS) dan Batu Gamping (BG) sebagai agen untuk pemurnian bioethanol. Dalam penelitian ini, dilakukan pembuatan bioetanol dari singkong (Manihot Utilissima) yang dihidrolisis menggunakan Aspergillus niger dan difermentasi menggunakan ragi. Kadar bioethanol yang dapat dimurnikan dengan cara destilasi sebesar 76%, dengan cara penambahan zeolite sintesis sebesar 99% dan dengan cara penambahan batu gamping sebesar 99%.



PENDAHULUAN
Bio-ethanol dengan kadar antara 95% sampai 99,8% Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, kemurnian 99,5% adalah Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah 90%, mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau tinggi.
Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95% masih layak dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor. Hanya saja, dengan kadar kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan bakar agar tidak menimbulkan karat. Sayangnya, saat ini banyak produsen yang menghasilkan bioetanol dengan kemurnian di bawah 95-99%.
Memurnikan bioetanol bisa dengan dua cara, yaitu kimia dan fisika. Cara kimia dengan menggunakan batu gamping. Sedangkan cara fisika ditempuh dengan proses penyerapan menggunakan zeolit sintetis dan destilasi.
Batu gamping adalah batu yang terbuat dari pengendapan cangkang kerang dan siput, foraminifera atau ganggang. Batu itu berwarna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, cokelat, atau hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan kapur adalah aragonit. Ia merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit. Mineral lainnya siderit, ankarerit, dan magnesit, tapi ketiganya berjumlah sangat sedikit.
Zeolit sintetis berbeda dengan zeolit alam. Zeolit sintetis terbentuk setelah melalui rangkaian proses kimia. Namun, baik zeolit sintetis maupun zeolit alam berbahan dasar kelompok alumunium silikat yang terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (terutama Na dan Ca). Struktur zeolit berbentuk seperti sarang lebah dan bersifat negatif. Sifat pori-porinya yang negatif bisa dinetralkan dengan penambahan ion positif seperti sodium.
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.

HASIL dan PEMBAHASAN
Pemurnian bioethanol menggunakan destilasi atau penyulingan air
Percobaan dengan menggunakan alat destilasi dilakukan dengan memasukan 1 liter air hasil fermentasi kedalam labu destilasi kemudian didestilasi selama 5 jam dan menghasilkan 200 ml destilat dengan kadar pemurnian 76%. Kadar pemurnian ini sangat jauh dari kelayakan untuk menjadi bahan bakar kendaraan bermotor yang membutuhkan kemurnian sebesar 99% sehingga cara ini tidak dapat diterapkan untuk membuat bioethanol dengan kadar 99%. Namu, cara ini sangat efisien untuk dilakukan dalam skala laboratorium untuk percobaan memurnikan ethanol. Cara ini juga sangat murah karena alat-alat destilasinya dapat dibuat dengan menggunakan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai.
Pemurnian bioethanol menggunakan zeolit sintesis
Percobaan dengan menggunakan zeolite sintesis yang telah digerus hingga halus ini dilakukan dengan memasukkan 7 liter bioethanol dengan penambahan 1kg zeolit sintesis. Percobaan ini diperkirakan memakan waktu selama seminggu dengan pengecekan berkala setiap harinya, namun pada hari kedua (setelah 48 jam) percobaan dihentikan dan didapatkan hasil 6,3 liter dengan kadar pemurniannya mencapai 99%. Cara ini sangat cocok diterapkan dalam industry dengan pengembangan cara yang lebih menguntungkan, sebab harga 1 kg zeolite sintesis sebesar Rp.100.000 dengan hasilkan 6,3 liter ethanol 99%. Jika 100 ribu hanya menghasilkan 6,3 liter saja, berarti bahan bakar bioethanol ini dimungkingkan dijual minimal 20 ribu perliter.
Pemurnian bioethanol menggunakan batu gamping
Percobaan dengan menggunakan batu gamping yang telah digerus hingga halus ini dilakukan dengan memasukkan 7 liter bioethanol dengan penambahan 2kg batu gamping. Percobaan ini diperkirakan memakan waktu selama seminggu dengan pengecekan berkala setiap harinya, namun pada hari keenam (setelah 144 jam) percobaan dihentikan dan didapatkan hasil 4,9 liter dengan kadar pemurniannya mencapai 99%. Cara ini merupakan cara yang cocok diterapkan baik dalam skala besar maupun skala kecil sebab harga yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku 1kg batu gamping sebesar Rp.35.000. Cara ini memang lebih murah dibandingkan dengan menggunakan zeolite sintesis dan dapat diterapkan pula diindustry, namun waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan bioethanol dengan kadar 99% ini memakan hingga 6 hari mungkin lebih dan hasil yang diperolehnya pun hanya 4,9 liter dari 7 liter yang digunakan.

KESIMPULAN
Untuk membuat perbandingan antara ketiganya sangat sulit karena perlakuan anatara ketiganya berbeda-beda. Namun, masing-masing cara pemurnian memiliki nilai kelebihan dan kekurangan.
-          Destilasi cocok digunakan dalam skala kecil atau skala laboratorium
-          Zeolit sintesis cocok digunakan dalam skala besar atau skala industry
-          Batu gamping cocok digunakan dalam skala kecil maupun skala besar.




DAFTAR PUSTAKA
-          Atnas, P.W. 1999. Kimia Fisik Jilid 1. Jakarta : Erlangga
-          Fessenden dan Fessenden.1986. Kimia Organik 1. Jakarta : Erlangga
-          Http://www.anekailmu.com
-          Http://www.scribd.com
-          Http://www.wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar