I.
PENDAHULUAN
A.
Tujuan
Dapat memisahkan campuran alkohol dengan air
menggunakan alat destilasi sederhana melalui titik didih larutan.
B.
Landasan Teori
Campuran adalah zat yang terdiri dari dua jenis
atau lebih. Dapat berupa larutan, koloid atau suspensi. Salah satu cara
pemisahan campuran adalah memisahkan campuran pada zat cair. Campuran pada
zat cair dapat dipisahkan dengan 3 metode pemisahan, yaitu:
.
1.
Distilasi
Distilasi
adalah proses penguapan zat cair yang diikuti pengembunan. Distilasi digunakan
jika titik didih suatu zat berbeda dengan zat lain dalam larutan tersebut.
Contoh pengolahan air tawar dari air laut.
2.
Distilasi Bertingkat
Distilasi
Bertingkat adalah proses penguapan yang diikuti pengembunan secara
berulang-ulang yang terjadi pada kolom frksionasi. Distilasi bertingkat
digunakan untuk memisahkan campuran dua jenis atau lebih cairan yang sama-sama
menguap dan sulit dipisahkan. Contohnya ialah pemisahan campuran air dan alkohol.
3.
Corong Pisah
Corong Pisah
digunakan untuk memisahkan campuran dua jenis cairan yang tidak saling
melarutkan. Contoh pemisahan air dengan minyak.
II.
Alat dan Bahan
Alat : Alat
destilasi sederhana yang telah dibuat dan disusun sedemikian rupa (penangaas,
beaker glass, selang, erlenmeyer, aluminium foil, kaleng bekas, dan lem)
Bahan : Cairan
tape ketan, aquades dan batu es secukupnya.
III.
Cara Kerja
Menggunakan alat distilasi
sederhana, adapun urutan penggerjaannya adalah sebagai berikut :
1. Dirangkai alat distilasi
sederhana.
2. Dimasukkan cairan hasil
fermentasi tape ketan kedalam kaleng distilasi.
3. Dimasukan air es atau es
batu kedalam kondensor yang telah di buat.
4. Dipanaskan dengan
menggunakan kompor listrik atau yang lainnya.
5. Diamati proses distilasi selama berlagsung.
5. Diamati proses distilasi selama berlagsung.
IV.
Hasil dan Pembahasan
Cairan yang didapatkan dari fermentasi
yaitu dari fermentasi ketan hitam , didestilasi dengan menggunakan destilat
sederhana yang telah dibuat. Destilat tersebut terdiri dari kaleng pemanas yang
didalamnya berisi cairan hasil fermentasi dan kondensor sebagai pendingin, yang
keduanya dihubungkan dengan selang. Dari proses destilasi ini dihasilkan
senyawa etanol lebih kurang 1 ml. Alat destilasi ini bekerja dengan prinsip,
memisahkan 2 campuran yang berbeda berdasarkan perbedaaan titik didih dimana
titik didih yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Sehingga, Etanol
yang memiliki titik didih 74.8 C dapat dipisahkan dengan air yang mempunyai
titik didih air 100C.
Destilasi ini dapat berjalan dengan baik
apabila, temperatur dalam kaleng pemanas pada saat dipanaskan tidak lebih dari
80C. Karena jika lebih dari titik didih etanol, air dan etanol tidak bisa
dipisahkan. Bisa juga, meskipun temperatur sudah dijaga sedemikian rupa. Bisa
juga etanol dan air tetap tercampur.
Keadaan seperti ini dikenal sebagai Azeotrop. Dimana teori Azeotrop
merupakan campuran dari dua atau lebih larutan (kimia) dengan perbandingan
tertentu, dimana komposisi ini tetap / tidak bisa diubah lagi dengan cara
destilasi sederhana. Kondisi ini terjadi karena ketika azeotrop di didihkan,
uap yang dihasilkan juga memiliki perbandingan konsentrasi yang sama dengan larutannya semula akibat
ikatan antar molekul pada kedua larutannya.
Selanjutnya, 1 ml etanol yang didapatkan dari
destilasi. Diuji secara kuantitatif untuk mengetahui ada tidaknya etanol
didalam cairan hasil destilasi tersebut. Sebenarnya jika hasil cairan ada
sebanyak 50 ml bisa menggunakan alkohol meter dan jika hasilnya 25 ml dapat
menggunakan pikometer. Sedangkan hasil dari destilasi ini hanya 1 ml. Sehingga
pengujian harus menggunakan uji kuantitatif.
Pengujian etanol dilakukan dengan cara
disiapkan selembar tisu kemudian tisu tersebut dibasahi dengan cairan etanol
yang didapat dari hasil distilas, setelah itu dinyalakan dengan api di tempat
yang gelap. Apabila cairan tersebut positif mengandung etanol maka akan
terlihat nyala api berwarna putih pada tisu dalam tempat yang gelap.
Berdasarkan hasil percobaan praktikan tidak timbul nyala putih api yang dimaksud
sehingga cairan yang dihasilkan dianggap tidak mengandung etanol. Hal ini
terjadi mungkin dikarenakan alat distilasi sederhana yang dibuat kurang
memenuhi persyaratan. Bisa diperkirakan juga karena erlenmeyer yang digunakan
sebagai tempat air tape disimpan kurang rapat penutupannya pada saatdihubungkan
dengan selang sehingga uap air tersebar di mana-mana.
Cairan hasil distilasi yang didapat pun
sangat sedikit apabila dibandingkan dengan air tape yang dimasukkan dalam alat
distilasi yaitu sekitar 1 ml dari 10 ml. Ini mungkin juga disebabkan karena
alat distilasinya, selang yang digunakan pada alat terlalu panjang dan
berkelok-kelok, sehingga mempersulit cairan hasil disitilasi untuk keluar dan
tumpah ke alat tempat penyimpanan hasil distilasi. Selain itu bisa juga
disebabkan karena batu es yang digunakan sebagai kondenser terlalu sedikit
sehingga uap yang lewat diselang tidak berubah menjadi cairan tetap sebagai
uap.
Kegagalan distilasi ini juga bisa
diperkirakan karena air tape yang digunakan memang tidak mengandung etanol
sehingga bisa diartikan kesalahan juga terletak pada saat pembuatan tape.
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Didapatkan
cairan hasil distilasi sekitar 1 ml yang tidak mengandung etanol.
Kegagalan
distilasi dikarenakan alat distilasi yang dibuat tidak memenuhi persyaratan
alat distilasi yang baik dan diperkirakan juga karena cairan yang digunakan
untuk distilasi.
B. Saran
Kondisi alat
yang digunakan harus benar-benar sempurna dalam arti memenuhi persyaratan
prosedur seperti kondisi kondenser dan kaleng tempat cairan pun harus
benar-benar rapat agar uap nya tidak menyebar dan selang yang digunakan
diusahakan jangan terlalu panjang dan posisinya dari atas ke bawah tidak
berbelok-belok.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
http://pkimorg1a.blogspot.com/2012/09/praktikum-pembuatan-bioetanolfermentasi_23.html
http://praktikum-organik.blogspot.com/2012/09/laporan-percobaan-1.html
VII. LAMPIRAN