Halaman

Minggu, 05 Januari 2014

Identifikasi Hidrokarbon

IDENTIFIKASI HIDROKARBON

BAB I
PENDAHULUAN



 Latar Belakang

Senyawa organik yang hanya mengandung atom hidrogen dan karbon disebut hidrokarbon. Hidrrokarbon terbagi menjadi dua yaitu hidrokrbon alifatik dan hidrokarbon siklik. Hidrokarbon alifatik dan siklik juga dibagi lagi dalam beberapa bagian. Hidrokarbon alifatik terbagi menjadi dua yaitu alifatik jenuh (senyawa alkana) dan alifatik tak jenuh (senyawa alkena dan alkuna), sedangkan hidrokarbon siklik terbagi menjadi tiga yaitu siklik jenuh (sikloalkana), siklik tak jenuh (sikloalkena), dan siklik aromatic (benzena).
Sifat fisik yang dimiliki oleh hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar dari senyawa tersebut. Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut polar seperti air atau etanol. Sebaliknya hidrokarbon daopat bercampur dengan pelarut yang relative non polar seperti karbon tetra klorida (CCl4) atau diklorometana (CH2Cl2). Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh jenis ikatannya. Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak reaktif terhadap sebagian besar pereaksi. Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna), dapat mengalami reaksi adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya. Sedangkan senyawa aromatic biasanya mengalami reaksi substitusi.








Berikut ini adalah reaksi-reaksi yang terjadi pada hidrokarbon:
1. Reaksi Pembakaran
Hasil pembakaran hidrokarbon adalah CO2 dan H2O. Sebagaimana reaksinya adalah sebagai berikut. CH4  2O CO2 + 2H2O
2. Reaksi dengan Bromin
Hidrokarbon tak jenuh bereaksi cepat dengan bromine dalam larutan CCl4.  Reaksi yang terjadi adalah adisi bromine pada ikatan rangkap. Larutan bromine berwarna merah kecoklatan sedangkan hasilnya adalah tidak berwarna. Sehingga terjadinya reaksi ini ditandai dengan ilangnya warna larutan bromine. Alkana yang tidak memiliki ikatan rangkap, tidak bereaksi dengan bromine (warna merah kecoklatan bromine tetap ada). Sedangkan senyawa aromatic dapat mengalami reaksi substitusi dengan bromine dengan adanya kjatalis Fe atau AlCl3. Reaksi substitusi tersebut juga menghasilkan gas HBr.
3. Reaksi dengan H2SO4 pekat
Hidrokarbon tak jenuh akan mengalami reaksi adisi dengan H2SO4 pekat dingin. Produksi yang dihasilkan adalah asam alkil sulfonat yang larut dalam H2SO4. Hidrokarbon tak jenuh dengan H2SO4 pekat tidak bereaksi, sedangkan alkuna dan senyawa aromatik bereaksi lambat.
4. Reaksi dengan KMnO(Uji Baeyer)
Larutan KMnO4  mengoksidasi senyawa tak jenuh. Alkan dan senyawa aromatic umumnya tidak reaktif dengan KMnO4. Terjadinya reaksi ini ditandai dengan hilangnya warna ungu dari KMnO4 dan terbentuknya endapan coklat MnO2. Produk yang dihasilkan adalah suatu glikol atau 1,2-diol.

Dari dasar teori tersebut telah dilakukan beberapa percobaan untuk mengidentifikasi senyawa hidrokarbon berdasarkan reaksi-reaksi yang telah dijelaskan di atas. Prosedur, alat-alat dan bahan yang digunakan, serta hasil pengamatan dalam percobaan akan dijelaskan pada

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan identifikasi hidrokarbon yaitu:
1.      Menyelidiki sifat-sifat fisik dan kelarutan senyawa hidrokarbon.
2.      Membandingkan reaktivitas antara alkana, alkena, dan senyawa aromatik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah dijelaskan sebelumnya, dari sini kita dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Alat dan bahan apa saja yang digunakan kuntuk mengidentifikasi senyawa hidrokarbon?
2.      Bagaimanakah prosedur kerja percobaan identifikasi hidrokarbon berdasarkan reaksi-reaksi yang telah dijelaskan pada latar belakang?
3.      Bagaimanakah hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan?
4.      Bagaimanakah pembahasan mengenai perbandingan antara haasil percobaan engan dasar teori?


BAB II
METODE KERJA
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan identifikasi hidrokarbon yaitu:
·         Tabung reaksi
·         Pipet tetes
·         Batang pengaduk
·         Kaca arloji
·         Gelas piala
·         Gelas ukur

 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan identifikasi hidrokarbon yaitu:
·         Sikloheksena
·         Toluen
·         Minyak goreng
·         Minyak tanah
·         H2SO4 pekat
·         Es batu
·         KMnO4 1%

 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam melakukan percobaan ini ada beberapa langkah-langkah yaitu:
·         Sifat Fisik Hidrokarbon
1.      Dimasukkan 10 tetes sikloheksena, toluen, dan minyak goreng ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditambahkan 10 tetes air ke dalam tiga tabung reaksi tersebut dan diamati. Digoncang-goncangkan ke tiga tabung reaksi tersebut agar tercampur dan dibandingkan dengan hasil percobaan sebelum diguncangkan.
2.      Dimasukkan 10 tetes sikloheksena, toluene, dan minyak goring ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditambahkan 10 tetes minyak tanah ke dalam tiga tabung reaksi tersebut dan diamati. Digoncang-goncangkan ke tiga tabung reaksi tersebut agar tercampur dan dibandingkan dengan hasil percobaan sebelum digoncang-goncangkan.
·         Sifat Kimia Hidrokarbon
1.      Reaksi pembakaran
Diteteskan 10 tetes masing-masing sikloheksena, toluene, dan minyak goreng ke dalam masing-masing kaca arloji. Dibakar secara hati-hati dan diamati nyala serta warna asap yang dihasilkan dari proses pembakaran. (Dilakukan di lemari asam)
2.      Reaksi dengan KMnO4
Dimasukkan 1ml sikloheksena, toluene, dan minyak goreng ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditambahkan tetes demi tetes KMnO4 ke dalam tabung reaksi tersebut sambil digoyangkan. Reaksi positif bila warna ungu dari KMnO4 hilang dan timbul endapan coklat MnO2.
3.      Reaksi dengan H2SO4 pekat
Dimasukkan 1 ml sikloheksena, toluene, dan minyak goreng ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditempatkan ketiga tabung reaksi tersebut ke dalam penanggas es. Ditambahkan 10 tetes H2SO4 pekas yang suda didinginkan ke masing-masing tabung reaksi tersebut sambil digoyangkan. Diamati perubahan yang terjadi.







BAB III
Hasil dan Pembahasan
Hasil Pengamatan

A. Sifat Fisika Hidrokarbon
·         Reaksi dengan Air
1.      Air + Minyak goreng menghasilkan 2 fasa. Fasa minyak pada bagian atas dan air pada   bagian bawahnya
2.      Air + Toluen menghasilkan larutan 2 fasa bercampur terdapat gelembung
3.      Air + Sikloheksena tidak menghasilkan apa-apa.
·         Reaksi dengan Minyak Tanah
1.      Minyak tanah + Minyak goreng, larut
2.      Minyak tanah + Toluen, larut
3.      Minyak tanah + Sikloheksena, larut
B. Sifat Kimia Hidrokarbon
·         Reaksi Pembakaran :
1.      Sikloheksena dibakar menghasilkan nyala api yang tidak terlalu besar.
2.      Toluen dibakar menghasilkan nyala api besar, dan tidak cepat mati.
3.      Minyak goreng dibakar, tidak ada nyala api sama sekali.
·         Reaksi dengan KMnO4
1.      KMnO4 (13 tetes) + sikloheksena terbentuk endapan berwarna coklat.
2.      KMnO4 (10 tetes) + toluene terbentuk 2 fasa berwarna ungu dan terdapat gelembung-gelembung.
3.      KMnO4 (10 tetes) + minyak goreng terbentuk warna larutan merah agak kecoklatan
·         Reaksi dengan H2SO4 pekat
1.      H2SO4 + sikloheksana terbentuk 2 fasa dan terjadi pelepasan panas.
2.      H2SO4 + toluene terjadi pelepasan panas yang lebih panas.
3.      H2SO4 + minyak goreng terjadi pelepasan panas.
Pembahasan
            Hidrokarbon adalah senyawa kimia organik yang seluruhnya terdiri dari karbon dan hidrogen. Hidrokarbon berkisar dari molekul sederhana seperti metana hingga polimer seperti polistirena yang terdiri dari ribuan atom. Kemampuan atom karbon berikatan kuat satu sama lain memungkinkannya membentuk hampir tak terbatas rantai, cincin, dan struktur lainnya yang menjadi dasar molekul organik. Karena setiap atom karbon dapat membentuk empat ikatan, unsur lain yang biasanya turut berikatan adalah hidrogen. Senyawa hidrokarbon dikenal mudah terbakar karena karbon dan hidrogen mudah bereaksi dengan oksigen dalam reaksi pembakaran.Bahan bakar fosil seperti minyak, gas alam, serta batubara merupakan hidrokarbon.
Pada percobaan praktikum kali ini ada beberapa percobaan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi hidrokarbon melalui sifat-sifat fisikanya maupun sifat-sifat kimianya.
Pada percobaan pertama yaitu sikloheksena, minyak goreng, dan toluen masing-masing direaksikan dengan air. Ketiga senyawa hidrokarbon tersebut direaksikan dengan air dan meghasilkan larutan dengan 2 fasa. Dapat dilihat air jika direaksikan dengan 3 senyawa tersebut tidak dapat bercampur. Karena air ini bersifat polar sedangkan yang lainnya bersifat non polar.
Pada percobaan kedua yaitu sikloheksena, minyak goreng, maupun toluen masing-masing dibakar. Sikloheksana dibakar menghasilkan api yang tidak terlalu besar. Toluen dibakar menghasilkan api yang besar, sedangkan minyak dibakar tidak terjadi apa-apa. Dapat dilihat hanya toluene lah yang bisa bereaksi dengan api. Karena toluene ini bersifat reaktif disbanding dari kedua larutan yang diuji.
Pada percobaan ketiga yaitu ketiga senyawa hydrogen tersebut masing-masing direaksikan dengan KMnO4. Pada senyawa sikloheksana terdapat endapan berwarna coklat. Untuk toluene terdapat 2 fasa, terdapat berwarna ungu serta gelembung. Untuk minyak goring terdapat larutan berwarna ungu agak kecoklatan. KMnO4 ini hanya akan mengoksidasi sikloheksena terlihat dari perubahan warna dan terbentuknya endapan berwarna coklat.
Pada percobaan keempat yaitu, ketiga senyawa hidrokarbon tersebut masing-masing direaksikan dengan H2SO4 pekat. Pada  sikloheksana terbentuk 2 fasa dan terjadi pelepasan panas. Untuk toluene terjadi pelepasan panas yang lebih panas.Dan pada  minyak goreng terjadi pelepasan panas. Dari sini terlihat bahwa adanya perpindahan  panas dari sistem ke lingkungan. Seperti yang diketahui bahwa reaksi itu dinamakan reaksi eksotermik yang ditandai dengan pelepasan panas.
Kesimpulan
1.      Sikloheksena, toluene, dan minyak goreng merupakan senyawa non polar.
2.      Adanya  reaksi eksotermik saat senyawa hidrokarbon direaksikan dengan H2SO4 pekat dingin.
3.      Toluena merupakan senyawa Reaktif pada saat terjadi pembakaran
Daftar Pustaka
Fessenden, J Ralp, Joan S Fessenden, 1999, Kimia Organik Edisi 2, Jakarta, Erlangga

Irdoni, Hs, Nirwana, Hz, 2013, Modul Kimia Organik (Praktikum), Pekanbaru, Universitas Riau

Rabu, 25 Desember 2013

Identifikasi Alkohol dan Fenol


I. TUJUAN
1. Mempelajari sifat-sifat kimia alkohol dan fenol
2. Mempelajari tes untuk membedakan alkohol alifatik dan alkohol aromatik

II. DASAR TEORI
Gugus atom tertentu dalam molekul organik dapat ditentukan sifat fisika dan sifat kimianya. Gugus tersebut dinyatakan sebagai gugus fungsi. Senyawa organik yang mengandung gugus fungsi –OH (gugus hidroksil) disebut senyawa alkohol. Alkohol dapat dikelompokkan sebagai alkohol primer, sekunder, dan tersier, berdasarkan jumlah R (alkil atau aromatik) yang terikat pada karbon yang mengikat gugus hidroksil.
            Fenol juga termasuk ke dalam senyawa alkohol karena adanya gugus hidroksil, tetapi karena gugus hidroksilnya terikat langsung pada karbon yang merupakan bagian dari cincin aromatik, sifat kimia fenol cukup berbeda dibandingkan alkohol. Larutan pekat senyawa fenol bersifat toksik dan dapta menyebabkan kulit terbakar.
            Sifat kimia yang berbeda dari ketiga jenis alkohol dan fenol dapat digunakan sebagai alat identifikasi. Berbagai tes/uji sederhana dapat dilakukan, diantaranya : Oksidasi Alkohol, Tes Iodoform, Kelarutan fenol, Tes Ferri Klorida (FeCl3), dan Keasaman fenol
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H­+. Asam belerang sering digunakan sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini.

III. METODE PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Tabung Reaksi
- Pipet tetes
- Batang Pengaduk
- Pemanas air
- Gelas ukur 25 ml
- Beaker glass
- Penjepit tabung

Bahan :
- Etanol
- Isopropanol
- Fenol
- K2Cr2O7 2%
- FeCl3 2,5%
- H2SO4 pekat
- 1-Propanol
- I2 dalam KI (larutan Iodine)

IV. PROSEDUR KERJA

A.  Oksidasi Alkohol
  1. Larutan K2CrO4 3 ml dimasukkan pada erlenmeyer kecil.
  2. Ditambahkan 1,5 ml H2SO4 pekat.
  3. Diaduk hingga endapan larut.
  4. Campuran didinginkan dengan merendam tabung dalam beaker isi air.
  5. 2 ml etanol ditambahkan dan dibandingkan dengan isopropanol.
  6. Diamati hingga warna larutan berubah menjadi hijau.
B. Esterifikasi
  1. 3 ml isopropil alkohol ditambahkan 3 ml asam asetat glasial
  2. Ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 20 tetes
  3. Dihomogenkan
  4. Dididihkan selama 10 menit
  5. Diamati (terbentuk dua lapisan)
  6. Pada kaca erloji terdapat bau ester
C. Tes Iodoform
  1. Dimasukkan etanol, propanol dan butanol masing-masing 10 tetes pada tabung reaksi yang berbeda
  2. Ditambahkan 25 tetes NaOH 6M pada masing-masing tabung
  3. Dipanaskan
  4. Ditambahkan iodine, dikocok hingga warna larutan berubah menjadi cokelat.
  5. Ditambahkan NaOH 6 M sampai larutan tak berwarna
  6. Dipanaskan selama 5 menit
  7. Didinginkan dan diamati bentuk endapan
D. Kelarutan fenol
  1.  Dimasukkan dua butir fenol pada tabung reaksi yang berisi 5 ml H2O dan pada tabung reaksi yang berisi 5 ml NaOH 2M
  2. Masing-masing dikocok, dan dibandingkan kecepatan kristal untuk larut
 E. Tes Ferri Klorida (FeCl3)
  1. Dimasukkan etanol, fenol dan asam salisilat masing-masing 2 tetes pada tabung yang berbeda
  2. Ditambahkan 2 tetes FeCl3 pada masing-masing tabung
F. Keasaman fenol
  1. Dimasukkan etanol dan fenol beberapa tetes pada tabung rekasi yang berbeda.
  2. Diuji masing-masing larutan pH dengan pH indikator

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
 Oksidasi Alkohol
No.
Larutan
Hasil Pengamatan
1.
Etanol
Mula-mula larutan berwarna hijau, teroksidasi menjadi biru prusia, tidak berbau
2.
Isopropil
Larutan berwarna biru prusia, bau menyengat

Esterifikasi
No.
Larutan
Hasil Pengamatan
1.
Isopropil
Larutan berwarna merah muda, terbentuk dua fasa
2.
Butanol
Larutan bening, satu fasa
3.
Etanol
Larutan bening, terbentuk dua fasa

Tes Iodoform
No.
Larutan
Hasil Pengamatan
1.
Etanol
Tidak terjadi perubahan
2.
Propanol
Tidak terjadi perubahan
3.
Butanol
Larutan berwarna coklat, tidak terbentuk endapan

 Kelarutan fenol
No.
Larutan
Waktu kelarutan
1.
2 butir fenol + 5 ml H2O
115 detik
2.
2 butir fenol + 5 ml NaOH
106 detik

Tes Ferri Klorida (FeCl3)
No.
Larutan
Hasil Pengamatan
1.
Asam salisilat + FeCl3
Larutan berwarna ungu pekat
2.
Fenol + FeCl3
Larutan berwarna ungu kebiruan
3.
Etanol +  FeCl3
Tidak terjadi perubahan

Keasaman fenol
No.
Larutan
pH
1.
Fenol
5 ; 5 ; 5
2.
Etanol
6.5 ; 6 ; 6.5

B. Pembahasan
Pada tes Oksidasi Alkohol digunakan untuk membedakan alkohol primer dan sekunder dari alkohol tersier. Dengan menggunakan kromat yang diasamkan, alkohol primer dioksidasi menjadi aldehida (dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat), alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton, sedangkan alkohol tersier tidak dapat teroksidasi. Jika terjadi oksidasi, warna jingga dari kalium kromat berubah menjadi warna hijau (ion Cr3+). Hal ini terjadi pada etanol dan isopropil.
C2H5OH + K­2Cr2O7 ----> CH3COH
Etanol                         asetaldehid
C5H7OH + K­2Cr2O7 ----> C2H5COH
Isopropil                     propanal
Pada percobaan esterifikasi, tidak ada bau yang dihasilkan.
Tes iodoform lebih spesifik, yaitu hanya etanol dan alkohol yang mempunyai bagian struktur CH3CH(OH) yang dapat bereaksi. Alkohol ini bereaksi dengan ioding dalam larutan NaOH menghasilkan endapan kuning iodoform. Namun, hasil yang didapat setelah praktikum tidak terbentuk adanya endapan kuning.
Pada uji Kelarutan fenol, diketahui bahwa fenol dapat larut dengan air dan NaOH. Hal ini disebabkan sifat kedua senyawa tersebut adalah polar, sehingga kedua larutan tersebut dapat melarut dengan baik.
Tes Ferri Klorida (FeCl3) digunakan untuk membedakan alkohol alifatik dengan alkohol aromatik. Penambahan FeCl3 ke dalam fenol (alkohol aromatik) menghasilkan larutan yang warnanya bervariasi dari hijau hingga ungu, tergantung dari struktur fenolnya. Tes FeCl3 dengan penambahan fenol menghasilan warna ungu pekat, sedangkan dengan penambahan asam salisilat menghasilkan warna ungu kebiruan. Hal ini disebabkan karena fenol yang bereaksi dengan Fe. Namun tidak terjadi perubahan dengan butanol.
Fenol disebut juga asam karbolat. Ini menunjukkan fenol bersifat asam dan dapat bereaksi dengan basa. Hal ini dibuktikan dengan pH yang diukur pada uji keasaman fenol. Yaitu 5, 5 dan 5.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk membedakan alkohol alifatik dan alkohol aromatik, dapat digunakan tes oksidasi dengan KMnO4, esterifikasi, tes iodoform, keasaman dan kelarutan fenol, dan tes Ferri Klorida (FeCl3).

VII. DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik.
Bina Aksara. Jakarta.
Sykes, Peter. 1989. Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik. Jakarta : Gramedia.
http://labdasar.trunojoyo.ac.id/buku Organik.pdf (Di akses tanggal 7 Juli 2013 /08.20)

LAMPIRAN